Jumaat, 18 Julai 2014

HADITH 40:04 - KETENTUAN DARI ALLAH TERHADAP NASIB HAMBANYA

Hadith ini adalah hadith keempat (04) dalam kitab Hadith 40 karangan Imam Nawawi. Hadith ini berkisar mengenai ketentuan yang Allah telah tetapkan nasib hambaNya semasa masih di dalam rahim Ibu.

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا . [رواه البخاري ومسلم]

Terjemah Hadith


Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah s.a.w. menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan: Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setitis mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setitis darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya roh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada ilah selain-Nya, sesungguhnya diantara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli syurga hingga jarak antara dirinya dan syurga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya diantara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli syurga  maka masuklah dia ke dalam syurga.
(Hadith Riwayat Bukhari dan Muslim).

 

Pelajaran yang terdapat dalam hadith 40:04 - Ketentuan dari Allah terhadap nasib hambaNya


  1. Allah ta’ala mengetahui tentang keadaan makhluknya sebelum mereka diciptakan dan apa yang akan mereka alami, termasuk masalah kebahagiaan dan kecelakaan.
  2. Tidak mungkin bagi manusia di dunia ini untuk memutuskan bahwa dirinya masuk syurga atau neraka, akan tetapi amal perbutan merupakan sebab untuk memasuki keduanya.
  3. Amal perbuatan dinilai di akhirnya. Maka hendaklah manusia tidak terpedaya dengan kondisinya saat ini, justru harus selalu mohon kepada Allah agar diberi keteguhan dan akhir yang baik (husnul khotimah).
  4. Disunnahkan bersumpah untuk mendatangkan kemantapan sebuah perkara dalam jiwa.
  5. Tenang dalam masalah rizki dan qanaah (menerima) dengan mengambil sebab-sebab serta tidak terlalu mengejar-ngejarnya dan mencurahkan hatinya karenanya.
  6. Kehidupan ada di tangan Allah. Seseorang tidak akan mati kecuali dia telah menyempurnakan umurnya.
  7. Sebagian ulama dan orang bijak berkata  bahwa dijadikannya pertumbuhan janin manusia dalam kandungan secara beransur-ansur adalah sebagai rasa belas kasih terhadap ibu. Karena sesungguhnya Allah mampu menciptakannya sekaligus. 


Artikel: Hadith 40:04 - Ketentuan dari Allah terhadap nasib hambaNya



Sumber:
http://dinulislam.saifulbahri.net/index.php/Syarah-Hadith/Hadith-4004-Ketentuan-dari-Allah-terhadap-nasib-hambaNya.html

Portal Hadith al-ahkam.net

Khamis, 17 Julai 2014

HADITH 40:03 - ISLAM DIBINA ATAS LIMA PERKARA

Hadith ini adalah hadith ketiga(03) dalam kitab hadith 40 karangan Imam Nawawi. Tajuk hadith ini ialah islam dibina atas lima perkara.

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ. [رواه الترمذي ومسلم ]



Terjemah hadith


Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Alh- Khottob radiallahuanhuma dia berkata : Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan.

(Hadith Riwayat Tirmidzi dan Muslim) 

Pelajaran yang terdapat dalam hadith 40:03 - Islam dibina atas lima perkara



  1. Rasulullah s.a.w. menyamakan Islam dengan bangunan yang kokoh dan tegak diatas tiang-tiang yang mantap.
  2. Pernyataan tentang keesaan Allah dan keberadaannya, membenarkan kenabian Muhammad s.a.w., merupakan hal yang paling mendasar dibanding rukun-rukun yang lainnya.
  3. Selalu menegakkan shalat dan menunaikannya secara sempurna dengan syarat rukunnya, adab-adabnya dan sunnah-sunnahnya agar dapat memberikan buahnya dalam diri seorang muslim yaitu meninggalkan perbuatan keji dan munkar karena shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar.
  4. Wajib mengeluarkan zakat dari harta orang kaya yang syarat-syarat wajibnya zakat sudah ada pada mereka lalu memberikannya kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan.
  5. Wajibnya menunaikan ibadah haji dan puasa (Ramadhan) bagi setiap muslim.
  6. Adanya keterkaitan rukun Islam satu sama lain. Siapa yang mengingkarinya maka dia bukan seorang muslim berdasarkan ijma’.
  7. Nash diatas menunjukkan bahwa rukun Islam ada lima, dan masih banyak lagi perkara lain yang penting dalam Islam yang tidak ditunjukkan dalam hadith. Rasulullah s.a.w.  bersabda: “ Iman itu terdapat tujuh puluh lebih cabang “
  8. Islam adalah aqidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat amal tanpa iman demikian juga tidak bermanfaat iman tanpa amal.

Artikel: Hadith 40:03 - Islam dibina atas lima perkara



Sumber:
http://dinulislam.saifulbahri.net/index.php/Syarah-Hadith/Hadith-4003-Islam-dibina-atas-lima-perkara.html

Portal Hadith al-ahkam.net

Rabu, 16 Julai 2014

HADITH 40:02 - ISLAM, IMAN, DAN IHSAN

Hadith ini dipetik dari kitab hadith 40 karangan Imam Nawawi. Hadith yang kedua(02) ini bertajuk Islam, Iman, dan Ihsan. Hadith ini juga dikenali sebagai hadith jibrail.


عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ . [رواه مسلم]


Maksud hadith

Dari Umar bin Khattab berkata:
“Tatkala kami tengah duduk-duduk di sisi Rasulullah saw, lalu datanglah seorang lelaki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak nampak padanya bekas-bekas perjalanan, dan tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalinya. Hingga dia mendatangi Nabi saw lalu menyandarkan lututnya pada lutut baginda dan meletakkan kedua telapak tangannya pada paha baginda,
  • Kemudian dia bertanya, “Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam?” Rasulullah saw menjawab, “Kamu bersaksi bahawa tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahawa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan solat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadhan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.” Dia berkata, “Kamu benar,” Umar berkata, “Maka kami hairan terhadapnya, kerana dia yang bertanya tapi dia juga yang membenarkannya.”
  • Dia bertanya lagi, “Kabarkanlah kepadaku tentang iman?” Baginda menjawab, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk,” dia berkata, “Kamu benar.”
  • Dia bertanya, “Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan?” Baginda menjawab, “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihat-Nya maka yakinlah sesungguhnya Dia melihatmu.”
  • Dia bertanya lagi, “Kabarkan kepadaku bilakah hari (kiamat) itu?” Baginda menjawab, “Tidaklah orang yang ditanya itu (saya) lebih mengetahui daripada orang yang bertanya (kamu).” Dia bertanya, “Kalau begitu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya?” Baginda menjawab, “Apabila seorang hamba perempuan melahirkan majikannya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan.”

Kemudian setelah itu dia beranjak pergi, dan aku tidak bertanya kepada Nabi tentang itu selama beberapa saat. Tidak berselang lama kemudian baginda bersabda, “Wahai Umar, apakah kamu tahu siapakah orang yang bertanya tersebut?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Baginda bersabda, “Itu tadi ialah Jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang agama kalian.”
(Hadith Riwayat Muslim no.8)


Catatan hadith 40:02 - Islam, Iman, dan Ihsan



  1. Hadith ini merupakan hadith yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan .
  2. Hadith ini mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu: Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah s.a.w.)


Pelajaran yang terdapat dalam hadith:



  1. Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.
  2. Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.
  3. Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata: “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya. 4.
  4. Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.
  5. Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya.
  6. Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada kebutuhan.
  7. Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala.
  8. Didalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu.


Artikel: Hadith 40:02 - Islam, Iman, dan Ihsan



Sumber:
http://dinulislam.saifulbahri.net/index.php/Syarah-Hadith/Hadith-4002-Islam-Iman-dan-Ihsan.html

Portal Hadith al-ahkam.net

Selasa, 15 Julai 2014

HADITH 40:01 - NIAT

Syarah hadith ini dipetik dari buku Hadith 40 karangan Imam An-Nawawi. Tajuk hadith yang pertama (01) ini adalah, segala amal itu berdasarkan niat.


عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ . 

[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]



Maksud Hadith

"Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas)berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan." 
(Riwayat dua imam hadith, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang).

(Hadith Riwayat Bukhari dan Muslim)

Catatan hadith 40:01 - Niat


1. Hadith ini merupakan salah satu dari hadith-hadith yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata : Dalam hadith tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata: Hadith ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata : Hadith ini merupakan sepertiga Islam.

2.Hadith ini ada sebabnya, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama: “Ummu Qais” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).


Pelajaran yang terdapat dalam hadith



  1. Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala). 
  2. Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati. 
  3. Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shaleh dan ibadah. 
  4. Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya. 
  5. Semua pebuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah. 
  6. Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat. 
  7. Hadith diatas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.


Artikel: Hadith 40:01 - Niat



Sumber:
http://dinulislam.saifulbahri.net/index.php/Syarah-Hadith/Hadith-4001-Niat.html


Portal Hadith al-ahkam.net

Isnin, 14 Julai 2014

PENGERTIAN IHSAN DAN HURAIANNYA

Artikel soal jawab berikut akan menghuraikan pengertian ihsan dan huraian serba ringkas mengenai maksud ihsan.

Assalamualaikum.

Moga dirahmati Allah,
  1. Apakah yg dimaksudkan dengan ihsan?
  2. Pohon penjelasan antara 2 konsep dalam ihsan ini:
    1. Ihsan dalam ibadah (ka anna ka tarahu & fa innahu yaraka)
    2. Ihsan dalam pekerjaan (fa ahsinu zibha)
  3. Adakah ihsan 2.1 ke arah tasawwuf?
  4. Ada banyak lagikah konsep ihsan selain 2.1 dan 2.2?

Terima kasih atas penjelasan dan perhatian sahabat ahli panel.


Jawapan:

Wa’alaikumussalam.

Alhamdulillah. Kami akan cuba menjawab soalan anda dengan kadar kemampuan yang ada, Insya-Allah.


Jawapan Soalan 1

Ihsan adalah ketepatan atau kesempurnaan (perfection or precision). Pada makna syara’ ia bermaksud melakukan sesuatu IBADAT dengan BAIK dan TEPAT sebagaimana yang diperintahkan Allah swt.

Sebagaimana didalam sebuah hadith yang panjang dari Abu Hurairah ra., dimana Malaikat Jibril bersoal jawab dengan Nabi saw dan disana ada menyebut mengenai maksud ihsan:


مَا الْإِحْسَانُ ؟ قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Apakah itu Ihsan? Baginda menjawab : Sesungguhnya kamu beribadat kepada Allah seolah-olah kamu melihatnya, walaupun kamu tidak melihatnya, akan tetapi Allah melihat kamu.”
[Hadith Riwayat Bukhari #50, Muslim #9]

Mereka yang dikatakan telah memperolehi Ihsan dikatakan telah mencapai kenikmatan ibadat seolah-olah dia melihat Allah ketika melakukan.

Ibn Rajab rh menyatakan bahawa hadith ini menunjukkan bahawa seseorang itu hendaklah beribadat seperti cara ini, menggambarkan dia hampir dengan Tuhannya, Ia memerlukan sifat TAKUT, GERUN dan TUNDUK kepada Allah swt. Sifat ini juga akan menimbulkan rasa ikhlas didalam beribadat, dan seseorang itu akan cuba memperbaiki lagi ibadatnya agar ia menjadi lengkap dan sempurna (Jami’ al-Ulum, 1/35).

Maqam pada maksud kebiasaan adalah perhentian atau tahap. Ihsan bukan seperti pangkat didalam sesuatu organisasi; seperti Sarjan, Kapten dsb. Ia hanya memperlihatkan KEADAAN seseorang atau lebih kepada SIFAT atai CIRI-CIRI tertentu. Contohnya didalam surah al-Asr; Allah menjelaskan bahawa yang dikatakan orang yang beriman atau ciri-ciri orang yang beriman adalah hamba Allah yang SOLEH, membantu didalam kerja-kerja kebenaran dan bersifat SABAR.

Begitulah juga ciri-ciri orang yang berihsan (MUHSIN) iaitu mereka ini sentiasa memperbaiki ibadatnya, tidak kira ibadat wajib mahu pun sunat, dengan melakukannya dengan penuh rasa gerun dan takut seolah-olah dia melihat Allah memerhatikannya.

Tahap Ihsan seseorang itu bukanlah tahap yang mutlak, akan tetapi ia boleh berubah-ubah. Ia hanyalah menunjukkan keadaan sahaja. Seperti juga dengan keadaan Iman seseorang. Ahli Sunnah wa al-Jamaah berpegang kepada konsep:


الإيمان يزيد وينقص. الإيمان يزيد بطاعة الله ، وينقص بمعصيته.

“Iman itu boleh bertambah dan berkurang,Iman akan bertambah dengan melakukan ketaatan kepada Allah, dan akan berkurang kerana melakukan maksiat kepadanya.”
(al-Lajnah al-Daemah, (3/187).

Kesimpulannya, Ihsan menunjukkan keadaan atau ciri-ciri orang yang sentiasa melakukan ibadat secara khusyuk kerana merasakan Allah itu sentiasa melihat perbuatannya. Ia bukanlah menunjukkan sesuatu maqam atau kedudukan yang ampuh, akan tetapi ia menunjukkan ciri-ciri kebaikkan seseorang yang sentiasa memperbaiki ibadatnya agar menjadi lengkap dan sempurna, dan bukan sekadar ‘melepaskan batuk ditangga sahaja’, WA.


Jawapan Soalan 2

Ihsan didalam ibadat adalah satu keadaan dimana seseorang itu beribadat seolah-olah dia melihat Allah swt. Ibadat seseorang itu penuh dengan khusyuk dan dirinya berada didalam ketakutan seolah-olah berhadapan dengan Allah swt.

Ihsan juga bermaksud – perfection atau precision (ketepatan). Ketepatan sesuatu ibadat atau amalan bermakna Allah swt akan pasti menerima amalan seseorang itu. Menurut Syeikh Dr Yusuf al-Qaradawi amalan tersebut hendaklah diukur dengan 2 faktor:

  • Dilakukan dengan IKHLAS
  • Amalan atau Ibadat tersebut hendaklah bertepatan dengan sunnah Nabi saw (bukan bid’ah).

Ihsan juga menggambarkan seseorang yang sentiasa memperbaiki amalan ibadatnya. Dari segi pekerjaan pula, seseorang itu sentiasa memperbaiki kualiti perkerjaannya (Quality output). 

Firman Allah swt:


الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“Dialah yang telah mentakdirkan adanya mati dan hidup (kamu) untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu: Siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.”
[Al-Quran Surah al-Mulk 67:2]

Ayat diatas ini menjelaskan bahawa syarat ibadat yang Allah lihat adalah pada “baiknya amalan” dan bukannya “banyaknya amalan”. Kalau didalam ibadat, baik sesuatu amalan itu ialah dari segi kualiti ibadat; maksudnya beramal mengikuit sunnah Nabi saw. Selepas itu barulah dilihat pada kuantiti yang dilakukan.

Amalan-amalan yang menepati syarat diatas apabila dilakukan dengan penuh khusyuk, mudah-mudahan akan merasai keadaan beribadat seolah-olah kita melihat Allah swt semasa melakukannya.


Jawapan Soalan 3

Ini cuma persoalan istilah. Kalau mempelajari ilmu Aqidah itu dikategorikan sebagai ilmu TAUHID, dan mempelajari hukum hakam solat dinamakan FIQH, maka ilmu-ilmu akhlak, budi pekerti, adab, khusyuk, khauf, ihsan bolehlah di namakan ilmu TASAUF. Akan tetapi tidaklah ia dikategorikan kepada fahaman-fahaman yang melampau seperti wahdatul wujud dan sebagainya.


Jawapan Soalan 4

Ihsan hendaklah dilihat dari perspektif yang menyeluruh, iaitu keseluruhan kehidupan seorang Islam itu. Drs Sidi Gazalba pernah menyatakan bahawa perjalanan seorang Islam itu kalau boleh dinamakan peringkatnya, boleh dikategorikan kepada 5, iaitu: 
  1. Muslim (orang yang Islam),
  2. Mukmin (orang yang beriman),
  3. Muhsin (orang yang Ihsan),
  4. Muhklis (Orang yang ikhlas) dan 
  5. Muttaqin (orang yang bertaqwa). 

Kategori ini cuma melambangkan hal atau keadaan seseorang sahaja dan tidak merujuk kepada maqam atau derajat masing-masing.

Sekian, wassalam.



Sumber:
Artikel ini merupakan artikel soal-jawab dari al-ahkam.net tetapi link sudah tidak valid akibat penaiktarafan website al-ahkam.net. Isi kandungan soalan dan jawapan masih asli, cuma format penulisan telah diubahsuai untuk kesesuaian blog ini.
http://al-ahkam.net/home/modules.php op=modload&name=MDForum&file=viewtopic&p=127349#127349

Ahad, 13 Julai 2014

RUKUN IMAN DAN HURAIANNYA

Para ulama menetapkan setiap umat Islam mestilah percaya kepada 6 perkara asas dalam Islam yang dikenali ramai sebagai Rukun Iman, perkara ini didasarkan kepada Hadis Jibril.

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Umar bin Khattab berkata:
“Tatkala kami tengah duduk-duduk di sisi Rasulullah saw, lalu datanglah seorang lelaki yang bajunya sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak nampak padanya bekas-bekas perjalanan, dan tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalinya. Hingga dia mendatangi Nabi saw lalu menyandarkan lututnya pada lutut baginda dan meletakkan kedua telapak tangannya pada paha baginda,

  • Kemudian dia bertanya, “Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam?” Rasulullah saw menjawab, “Kamu bersaksi bahawa tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Allah dan bahawa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan solat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadhan, serta haji ke Baitullah jika kamu mampu bepergian kepadanya.” Dia berkata, “Kamu benar,” Umar berkata, “Maka kami hairan terhadapnya, kerana dia yang bertanya tapi dia juga yang membenarkannya.”
  • Dia bertanya lagi, “Kabarkanlah kepadaku tentang iman?” Baginda menjawab, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para Rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk,” dia berkata, “Kamu benar.”
  • Dia bertanya, “Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan?” Baginda menjawab, “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihat-Nya maka yakinlah sesungguhnya Dia melihatmu.”
  • Dia bertanya lagi, “Kabarkan kepadaku bilakah hari (kiamat) itu?” Baginda menjawab, “Tidaklah orang yang ditanya itu (saya) lebih mengetahui daripada orang yang bertanya (kamu).” Dia bertanya, “Kalau begitu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya?” Baginda menjawab, “Apabila seorang hamba perempuan melahirkan majikannya, dan kamu melihat orang yang tidak beralas kaki, telanjang, miskin, penggembala kambing, namun bermegah-megahan dalam membangun bangunan.” 
Kemudian setelah itu dia beranjak pergi, dan aku tidak bertanya kepada Nabi tentang itu selama beberapa saat. Tidak berselang lama kemudian baginda bersabda, “Wahai Umar, apakah kamu tahu siapakah orang yang bertanya tersebut?” Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Baginda bersabda, “Itu tadi ialah Jibril, dia mendatangi kalian untuk mengajarkan kepada kalian tentang agama kalian.”
(Hadith Riwayat Muslim no.8)


Dari hadith di atas jelas dinyatakan tentang rukun iman iaitu:
  1. Percaya kepada Allah 
  2. Percaya kepada Malaikat-Malaikat 
  3. Percaya kepada Kitab-Kitab 
  4. Percaya kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul 
  5. Percaya kepada Hari Akhirat 
  6. Percaya kepada Qada' dan Qadar 

Begitu juga dalil rukun iman di dalam Al-Quran Al-Kareem dalam ayat-ayat berikut:



AL-Quran Surah An-Nisaa' 4:136

" Wahai orang-orang yang beriman! Tetapkanlah iman kamu kepada Allah dan RasulNya, dan kepada Kitab Al-Quran yang telah diturunkan kepada RasulNya (Muhammad s.a.w) dan juga kepada Kitab-kitab Suci yang telah diturunkan dahulu daripada itu dan sesiapa yang kufur ingkar kepada Allah dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya dan Rasul-rasulNya dan juga Hari Akhirat, maka sesungguhnya dia telah sesat dengan kesesatan yang amat jauh."
(Al-Quran Surah An-Nisaa' 4:136)


Al-Quran Surah Al-Hadid 57:22

" Tidak ada sesuatu kesusahan (atau bala bencana) yang ditimpakan di bumi dan tidak juga yang menimpa diri kamu, melainkan telah sedia ada di dalam Kitab (pengetahuan Kami) sebelum Kami menjadikannya; sesungguhnya mengadakan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."
(Al-Quran Surah Al-Hadid 57:22)




Al-Quran Surah Al-Hadid 57:23

" (Kamu diberitahu tentang itu) supaya kamu tidak bersedih hati akan apa yang telah luput daripada kamu dan tidak pula bergembira (secara sombong dan bangga) dengan apa yang diberikan kepada kamu dan (ingatlah), Allah tidak suka kepada tiap-tiap orang yang sombong takbur, lagi membanggakan diri."
(Al-Quran Surah Al-Hadid 57:23)


Huraian Rukun Iman


1. Rukun iman yang pertama, percaya kepada Allah

Konsep yang paling asas ialah percaya bahawa tuhan itu satu (Tauhid). Konsep keesaan Allah ini adalah mutlak, dan tidak relatif kepada apa apa jua yang wujud di dunia ini. Dalam Surah Al-Ikhlas,



وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ o لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ o اللَّهُ الصَّمَدُ o قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
(Al-Quran Surah Al-Ikhlas 112:1-4)

"Katalah (wahai Muhammad) bahawa Allah itu tunggal. Allah tempat meminta. Tidak Dia beranak dan tidak juga Dia diperanakkan. Dan tiada yang serupa denganNya, Dialah Tuhan yang Esa."
(Al-Quran Surah Al-Ikhlas 112:1-4)

Dalam Bahasa Melayu, perkataan Allah sememangnya dikhaskan untuk merujuk Tuhan dalam Islam. Walaubagaimanapun, perkataan Arab Allah boleh diterjemahkan juga kepada perkataan Tuhan kerana Allah bukanlah nama khas untukNya. Ini berbeza dengan Yahudi, kerana nama Yahweh adalah nama khas tuhan mereka. Walaupun tiada imej visual Tuhan atau gambaran mengenaiNya (disebabkan larangan dalam memuja sesuatu), Muslim mendefinisi Tuhan melalui sifat-sifatNya, yang dikenali sebagai 99 nama Allah.

Wajib bagi orang Islam lelaki dan perempuan yang telah baligh dan berakal untuk mengetahui sifat-sifat wajib bagi Allah, sifat-sifat mustahil dan sifat jaizNya, yang jumlah kesemuanya ada 41. Sifat-sifat wajib Allah ada dua puluh, sifat-sifat mustahil juga dua puluh dan sifat harus/jaizNya ada satu.

Allah ialah nama bagi Tuhan yang sebenar. Allah yang mencipta seluruh alam dan isinya. Allah yang mengatur dan menjaganya. Allah tidak boleh dilihat, tetapi bukti-bukti sangat banyak untuk menunjukkan pada akal yang waras dan adil bahawa Allah itu wajib ada. Bukan sekadar kita wajib mempercayai bahawa Allah itu ada, bahkan wajib pula kita menyembah NYA.

Untuk hendak mempercayai Allah dan menyembah NYA, manusia wajib mengenal Allah dengan betul. Dan untuk hendak mengenali Allah dengan betul, manusia mestilah mencari dan mengkaji dalil-dalil dari Al Quran, Hadis dan Akal. Jika kita tidak mengenal Allah dengan betul, nescaya akan sesat dan kafirlah kita.


2. Rukun iman yang kedua, percaya kepada Para Malaikat


Rukun iman yang kedua ialah percaya kepada Malaikat. Setiap muslim yang mengucap syahadah wajib mempercayai adanya malaikat. Malaikat juga adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya. Zat malaikat adalah halus, tidak nampak oleh mata kasar manusia biasa tetapi mampu dilihat oleh manusia yang luar biasa seperti Nabi dan Rasul. Rupa malaikat yang sebenar hanya Allah sahaja yang tahu. Namun berdasarkan hadis, malaikat mampu menjelma dalam pelbagai rupa manusia dan bentuk makhluk yang lain. Ia berakal, boleh berkata-kata dan boleh bergerak ke suatu jarak yang jauh dalam masa yang singkat. Keadaan malaikat semata-mata adalah untuk taat dan menjalankan titah perintah Allah. Malaikat itu tidak makan dan tidak minum, tidak mengantuk dan tidak tidak tidur, tidak juga ia berasa penat dan letih.

Malaikat sangat banyak bilangannya dan Allah sahaja yang tahu bilangan sebenarnya. Dalam ilmu Tauhid, umat Islam diwajibkan mengenal 10 malaikat dan tugasan mereka. Iaitu :


  1. Malaikat Jibrail: Tugasnya membawa wahyu dari Allah Ta’ala kepada Rasul-rasul dan Nabi-nabi, juga menguruskan bala seperti gempa bumi, air bah, ribut dan lain-lain lagi.
  2. Malaikat Mikail: Tugasnya membawa rezeki dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, membiakkan haiwan, mengeluarkan hasil galian bumi.
  3. Malaikat Israfil: Tugasnya untuk meniup “sangkakala” ketika sampai masa kiamat iaitu bumi akan hancur dab sekali lagi ia meniup sangkakala itu ketika sampai masa manusia hidup semula dan keluar dari kubur untuk perhitungan di akhirat.
  4. Malaikat Maut: Tugasnya ialah mengambil nyawa, iaitu mematikan apabila sudah sampai ajal, dan tugasnya mengambil nyawa tidak akan cepat sesaat dan tidak akan lewat sesaat.
  5. Malaikat Munkar: Tugasnya menyoal orang mati di alam kubur.
  6. Malaikat Nakir: Tugasnya menyoal orang mati di alam kubur.
  7. Malaikat Raqib: Tugasnya ialah menulis pahala bagi orang yang membuat kebaikan.
  8. Malaikat Atid: Tugasnya adalah untuk menulis dosa bagi orang yang membuat mungkar dan kejahatan.
  9. Malaikat Ridhwan: Tugasnya menjaga syurga.
  10. Malaikat Malik: Tugasnya menjaga neraka.


Firman Allah Ta’ala Surah At-Tahrim ayat 6:


66:6
Al-Quran Surah At-Tahrim 66:6

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari neraka yang bahan-bahan bakarannya: manusia dan batu (berhala); neraka itu dijaga dan dikawal oleh malaikat-malaikat yang keras kasar (layanannya); mereka tidak menderhaka kepada Allah dalam segala yang diperintahkanNya kepada mereka, dan mereka pula tetap melakukan segala yang diperintahkan."
(Al-Quran Suran At-Tahrim 66:6)

Malaikat dijadikan Allah untuk menjalankan tugas-tugas yang tertentu dan berlainan. Setiap tugasan yang diberikan Allah kepada Malaikat, akan dilakukan oleh Malaikat tanpa kompromi.

Zaman sekarang, sudah ada orang yang mendakwa mampu menghalang tugas Malaikat. Ada yang mendakwa boleh “slow talk” dengan 'Izrail untuk tidak mencabut nyawa seseorang. Sedangkan ‘Izrail yang ditugaskan untuk mencabut nyawa, apabila sudah sampai ajal seseorang sebagaimana yang tertulis di Lauh Mahfuz, 'Izrail akan menjalankan perintah yang Allah arahkan dengan mencabut ajal makhluk tersebut, tidak cepat sesaat dan tidak lewat sesaat. Begitulah yang diperjelaskan dalam ilmu Tauhid Ahlus Sunnah wal Jamaah. Jelas menunjukkan dakwaan ahli bidaah ini bertentangan dengan Al Quran Surah At Tahrim ayat ke 66. Sekaligus kenyataan dan dakwaan mereka telah membatalkan keIslaman dan keimanan mereka.

Percaya adanya Malaikat yang telah diciptakan oleh Allah untuk melaksanakan perintah Allah. Allah menciptakan Malaikat dari Nur iaitu cahaya. Maka, Malaikat tidak terdiri daripada jisim dan tidak diberikan nafsu untuk makan, minum atau tidur. Malaikat juga tidak mempunyai jantina untuk memudahkan mereka mentaati Allah sepanjang masa.


3. Rukun iman yang ketiga, percaya kepada Kitab-Kitab Allah


Salah satu daripada Rukun Iman agama Islam adalah percaya kepada kitab-kitab yang telah diturunkan oleh Allah.

Orang Islam percaya bahawa Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada para nabi dan rasul untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. Ia diakhiri dengan kitab Al-Quran.

Kitab-kitab terbahagi dua:

a. Suhuf - Pedoman yang tidak begitu lengkap mengandungi hanya hukum-hakam dasar yang perlu diterangkan kepada manusia umumnya. Jumlah suhuf 100 buah
Nabi Allah Shith(a.s) 50 suhuf
Nabi Allah Idris(a.s) 30 suhuf
Nabi Allah Ibrahim(a.s) 10 suhuf
Nabi Allah Musa(a.s) 10 suhuf

b. Kitab-kitab yang wajib diimankan adalah:
- Taurat: diturunkan kepada Nabi Musa a.s.
- Zabur: diturunkan kepada Nabi Daud a.s.
- Injil: diturunkan kepada Nabi Isa a.s.
- Al-Quran: diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w.

Orang Islam percaya bahawa pada masa kini, kitab-kitab selain Al-Quran telah diubahsuai mengikut kehendak pihak-pihak tertentu; maka ia bukan lagi merupakan naskah-naskah yang tulen. Al-Quran menyempurnakan segala kitab-kitab yang terdahulu.


4. Rukun iman yang keempat, percaya kepada Nabi dan Rasul


Beriman kepada nabi dan rasul ialah meyakini bahwa nabi dan rasul itu benar-benar diangkat oleh Allah SWT untuk membimbing manusia ke arah jalan hidup yang baik yang diridlai Allah. Islam mengajar umatnya bahawa Allah menyampaikan wahyuNya melalui malaikat kepada nabi dan rasul. Nabi ialah seorang lelaki yang dipilih Allah untuk menerima wahyu untuk kegunaan dirinya dan umatnya sahaja.


Rasul dan nabi merupakan manusia biasa. Islam menghendaki penganutnya untuk mempercayai setiap nabi dan rasul ini dan tidak membezakan mereka antara satu sama lain. Rasul pula merupakan seorang lelaki yang dipilih untuk menerima wahyu untuk dirinya serta disampaikan kepada orang lain. Dilaporkan terdapat 313 orang telah dipilih sebagai rasul sejak bermulanya penciptaan manusia. Manakala bilangan nabi pula adalah 124,000 orang (termasuk rasul). Terdapat 25 rasul yang dinyatakan dalam Al-Quran, dan lima dari rasul tersebut adalah Ulul Azmi iaitu; , Nuh,Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad. Ulul Azmi adalah gelaran yang diberikan kepada rasul Allah yang memiliki ketabahan yang luar biasa dalam menyampaikan risalahnya.

Muhammad SAW merupakan nabi dan rasul yang terakhir. Ini bermakna tiada nabi dan rasul akan dilantik selepas kewafatan baginda. Baginda telah menyampaikan peringatan terakhir (iaitu Al Quran dan As Sunnah) kepada manusia sebelum berlakunya hari kiamat.

Rasul diberi tugas oleh Allah. Secara umumnya, tugas nabi dan rasul adalah membawa kebenaran, memberikan khabar gembira dan peringatan kepada umatnya agar mereka menjadi umat yang beriman kepada Allah agar tidak sengsara dunia dan akhirat. Para rasul diberi wahyu oleh Allah yang membuktikan bahwa mereka adalah pembimbing dalam segala amal perbuatannya pantas dijadikan cermin tauladan.


Apakah hikmah atau faedah diadakan Rasul dan Nabi ?

Antara faedahnya ialah Allah mahu diri NYA dikenali. Rasul dan Nabi diutus kepada umat manusia agar umat manusia kenal Allah sebagai Tuhan yang menciptakan alam ini. Dengan adanya Rasul dan Nabi, manusia akan kenal dengan tepat dan siapa Tuhan yang sebenar, serta faham pula kewajipan-kewajipan yang perlu ditunaikan sebagai seorang makhluk yang diciptakan Allah SWT. Jika seseorang yang diciptakan Allah tidak kenal siapa Tuhannya yang sebenar dan tidak mengakui keagungannya dengan jalan yang sebenar, nescaya sesatlah dirinya dan segala amal kebajikan yang dilaksanakannya tiada nilai disisi Allah.


Sifat-sifat Rasul dan Nabi


Ada 4 sifat yang Wajib bagi Rasul/Nabi. Ada 4 sifat yang Mustahil bagi Rasul/Nabi. Ada satu sifat yang Harus bagi Rasul/Nabi.

1. Siddiq maknanya Benar. Apa yang disabdakan oleh Rasul/Nabi adalah benar dan dibenarkan kata-katanya. Siddiq dan sadiqul masduq. Rasul/Nabi tidak berkata-kata melainkan apa yang telah diwahyukan oleh Allah SWT. Mustahil Rasul/Nabi bersifat dengan sifat KIZZIB (Dusta ). Mustahil Rasul/Nabi mengatakan sesuatu yang tidak dia ketahui dan tidak diwahyukan Allah kepadanya. Firman Allah bermaksud: Tidaklah dia (Rasulullah SAW) mengucapkan mengikut kemahuan hawa nafsunya. Apa yang diucapkan tidak lain melainkan wahyu yang diwahyukan. (An-Najm: 3-4).

2. Sifat yang wajib bagi Rasul/Nabi adalah AMANAH. Amanah ialah Rasul/Nabi akan melakukan sesuatu serta melaksanakan hokum-hukum Allah dengan benar dan tepat sebagaimana yang diwahyukan Allah SWT. Dan juga Rasul/Nabi tidak memungkiri janji.

“Barangsiapa yang berdusta atas nama ku, siapkanlah tempatnya di dalam api neraka “ (Hadith Riwayat Bukhari, Muslim )

Maka mustahil Rasul/Nabi bersifat KHIANAT iaitu tidak amanah dan mungkir janji.

3. Wajib bagi Rasul/Nabi bersifat dengan sifat TABLIGH iaitu menyampaikan. Rasul/Nabi menyampaikan kepada umatnya apa yang Allah wahyukan kepadanya. Mustahil Rasul/Nabi bersifat dengan sifat KITMAN iaitu menyembunyikan.

Wajib bagi Rasul/Nabi bersifat dengan sifat FATANAH iaitu bijaksana. Rasul/Nabi mampu memahami perintah-perintah Allah dengan betul dan tepat. Mampu pula berhadapan dengan penentang-epnentangnya dengan bijaksana dengan bukti-bukti yang kukuh . Mustahil Rasul/Nabi bersifat dengan sifat Jahlun iaitu bebal.

Dan satu sifat yang jaiz atau sifat yang harus bagi Rasul/Nabi ialah Aradhul Basyariyah iatu untuk bersifat dengan sifat-sifat yang dipunyai oleh manusia-manusia biasa. Seperti ingin makan, berkahwin, mempunyai zuriat dan sebagainya.


5. Rukun iman yang kelima, percaya kepada Hari Akhirat


Kita wajib percaya akan datangnya Hari Kemudian atau akhirat sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam al-Qur’an. Di terangkan bahawa pada akhir zaman akan datang suatu hari di mana semua makhluk yang ada akan menjadi rosak dan binasa, dimusnahkan dan akan dibangunkan semula. Kerana itu, hari akhirat turut mendapat julukan hari kiamat atau pembangkitan.

Setelah segalanya hancur pada hari kiamat, Allah memerintahkan kepada malaikat Israfil untuk bangun terlebih dahulu dan melaksanakan perintah Allah SWT meniup sangkakala, maka bangunlah nyawa yang telah mati untuk dihadapkan ke pengadilan Allah SWT dan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya selama di dunia. Itulah hari pembalasan. Siapa yang amalannya lebih banyak dengan kebaikkan akan mendapat kebahagiaan di syurga. Sebaliknya, bagi amalannya lebih banyak yang jahat akan mendapat siksaan dan ditempatkan di neraka.


6. Rukun iman yang keenam, percaya kepada Qada' dan Qadar


Kita wajib percaya bahawa segala sesuatu yang telah terjadi dan yang akan terjadi, semuanya itu, menurut apa yang ditentukan dan ditetapkan oleh Tuhan Allah, sejak sebelumnya (zaman azali). Jadi segala sesuatu itu (nasib baik dan buruk) sudah diatur dengan rencana-rencana tertulis atau batasan-batasan yang tertentu. Tetapi kita tidak dapat mengetahuinya sebelum terjadi. Rencana sebelumnya itu Qadar atau Takdir bermaksud ketetapan. Terlaksananya berupa kenyataan, dinamakan Qada bermaksud keputusan perbuatan (pelaksanaan). Sebahagian Ulama’ menamakan takdir itu juga qada dan qada.


Maka selesailah sudah penerangan dan huraian ringkas mengenai enam rukun iman.


Sumber:

http://almanhaj.or.id/content/2971/slash/0/syarah-hadits-jibril-tentang-islam-iman-dan-ihsan-1/


http://ms.m.wikipedia.org/wiki/Rukun_Iman


Blog Ustaz Mohd Razip bin Hamidun - http://mohd-razip.blogspot.com/